Banjir yang melanda Desa Pekubuan, Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, menjadi salah satu peristiwa yang menyita perhatian publik. Namun, bukan hanya tingginya air atau dampak kerusakan yang dibicarakan warganet. Video Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, saat meninjau kawasan banjir pada Jumat (5/12/2025), menjadi sorotan utama dan memicu diskusi panjang di media sosial.
Dalam video yang beredar luas, Bobby terlihat berada di atas perahu saat memantau wilayah terdampak. Momen ini langsung viral dan memunculkan perbandingan dengan gaya kepemimpinannya saat menjabat sebagai Wali Kota Medan. Saat itu, Bobby dikenal turun langsung ke area banjir, bahkan tidak segan basah-basahan bersama warga. Perbedaan inilah yang kemudian menarik perhatian publik dan menjadi topik yang ramai diperbincangkan.
Perbandingan Dua Momen yang Ramai Dibicarakan
Ketika Bobby masih menjadi Wali Kota Medan, banyak dokumentasi yang menunjukkan dirinya turun langsung memeriksa drainase, meninjau kawasan banjir, hingga masuk ke genangan air untuk melihat kondisi warga dan infrastruktur. Sikap ini membuatnya dikenal sebagai pemimpin yang “turun ke lapangan”.
Namun dalam video terbaru yang direkam saat peninjauan banjir di Desa Pekubuan, Bobby justru terlihat berada di atas perahu, tanpa turun ke area yang tergenang. Publik kemudian mempertanyakan perubahan gaya tersebut—apakah karena faktor keamanan, prosedur, atau pertimbangan lain.
Momen ini menjadi viral setelah beberapa akun Instagram besar mengunggah ulang videonya. Warganet pun ramai mengomentari dan membandingkan dua gaya kepemimpinan itu.
Reaksi Warganet: Antara Kecewa, Menyindir, dan Mengamati
Kolom komentar akun Instagram yang membagikan video tersebut menjadi ajang diskusi terbuka warganet. Beberapa komentar bahkan mendapat ribuan likes karena dianggap mewakili suara publik.
Berikut komentar warganet yang paling banyak dibicarakan:
-
“Dulu turun langsung, sekarang takut basah?” — @aja***
-
“Kayaknya naik jabatan ikut naik juga jaraknya dari rakyat.” — @nind*****
-
“Pas Wali Kota berani nyebur, sekarang kok cuma dari perahu?” — @ran*****
-
“Pemimpin harus hadir, bukan sekadar lewat.” — @dew*****
-
“Netizen gak lupa, Bang. Dua momen beda banget.” — @fik*****
-
“Kalau cuma lihat dari atas perahu, sama aja kayak nonton berita.” — @uyy*****
Komentar-komentar tersebut menggambarkan bagaimana publik masih mengingat gaya kepemimpinan Bobby saat menjabat sebagai Wali Kota dan membandingkannya dengan saat ia menjadi Gubernur Sumatera Utara.
Mengapa Perubahan Gaya Kepemimpinan Bisa Menjadi Sorotan?
Dalam dunia politik dan pemerintahan, setiap perubahan gaya memimpin dapat memengaruhi persepsi publik. Ketika seseorang sudah dikenal dengan gaya “turun ke lapangan”, masyarakat akan membentuk ekspektasi bahwa gaya tersebut akan terus dipertahankan, bahkan setelah ia naik jabatan.
Dalam kasus Bobby Nasution, warganet melihat perbedaan antara cara ia meninjau banjir dulu dan sekarang. Ketika seseorang memiliki rekam jejak aksi langsung di lapangan, perubahan sekecil apa pun dapat memicu tanda tanya dari masyarakat. Inilah yang terjadi pada video peninjauan banjir Langkat.
Secara objektif, tidak ada keharusan bagi pejabat untuk turun ke banjir, karena setiap wilayah memiliki prosedur keselamatan yang berbeda. Namun bagi publik, simbol kehadiran di tengah kesulitan dapat memberikan nilai emosional yang sangat besar.
Peninjauan di Langkat: Fokus pada Kondisi Warga dan Dampak Banjir
Meskipun kontroversi soal gaya peninjauan berkembang di media sosial, tujuan utama kunjungan Bobby tetap berkaitan dengan penanganan banjir. Wilayah Tanjung Pura, termasuk Desa Pekubuan, telah beberapa kali dilanda banjir akibat tingginya curah hujan dan meluapnya sungai setempat.
Dalam tinjauan tersebut, Bobby terlihat melakukan pengecekan jalur air, berbicara dengan tim lapangan, dan memantau proses evakuasi warga. Pemerintah daerah juga disebut telah mengerahkan bantuan logistik serta mendirikan posko sementara bagi warga yang terdampak.
Dari segi pemerintahan, kunjungan ini merupakan bagian dari tugas pemimpin daerah untuk memastikan bahwa proses penanganan berjalan dengan baik. Namun, perbedaan cara penyampaian momen tersebut justru memunculkan berbagai interpretasi publik.
Mengamati Persepsi Publik dalam Era Digital
Peristiwa ini menjadi contoh nyata bagaimana persepsi publik dapat terbentuk dari potongan video pendek. Di era media sosial, satu momen yang viral bisa mengubah cara masyarakat memandang pemimpin, baik secara positif maupun negatif.
Warganet kini bukan hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari suara publik yang memengaruhi opini umum. Komentar-komentar yang muncul tidak hanya berasal dari ketidakpuasan, tetapi juga rasa ingin tahu, harapan, hingga nostalgia terhadap gaya kepemimpinan yang dinilai “lebih dekat dengan rakyat”.
Namun, penting diingat bahwa setiap situasi lapangan memiliki pertimbangan teknis. Keputusan untuk naik perahu mungkin berkaitan dengan keselamatan, kondisi arus, atau prosedur peninjauan. Publik mungkin tidak melihat konteks lengkap, sehingga perbedaan persepsi pun tak bisa dihindari.
Penutup: Publik Menyaksikan, Pemimpin Dipantau
Kontroversi seputar video peninjauan banjir ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin kritis dalam menilai gaya kepemimpinan. Setiap aksi pemimpin akan dibandingkan dengan rekam jejak masa lalu—terutama ketika perubahan terlihat jelas.
Pada akhirnya, publik menaruh harapan besar terhadap pemimpinnya, terutama di saat bencana. Kehadiran, gaya komunikasi, hingga cara turun ke lapangan dapat menjadi simbol empati dan komitmen dalam membantu masyarakat.
Perbedaan dua momen antara Bobby sebagai Wali Kota dan sebagai Gubernur adalah bagian dari dinamika kepemimpinan yang terus berkembang. Namun bagi warganet, perubahan tersebut tetap menjadi bahan perbincangan yang tidak bisa dihindari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar