JAKARTA, 10 November 2025 — Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, kembali menyinggung masa lalu hubungan politik antara dirinya dan almarhum Presiden Soeharto. Dalam pernyataannya, Megawati menegaskan bahwa sosok yang pantas dijadikan Pahlawan Nasional adalah Ir. Soekarno, Proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia.
Pernyataan tersebut muncul tak lama setelah Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada dua tokoh besar Indonesia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Soeharto, dalam upacara kenegaraan di Istana Negara.
Megawati: “Yang Pantas Jadi Pahlawan Itu Soekarno”
Dalam pernyataannya yang beredar pada Minggu malam (9/11/2025), Megawati tampak menyinggung pemberian gelar tersebut dengan nada kritis.
“Yang pantas jadi pahlawan itu Soekarno,” ujar Megawati singkat saat menghadiri acara internal partai di Jakarta.
Ia menilai bahwa jasa dan perjuangan Bung Karno sebagai pendiri bangsa sudah seharusnya menjadi teladan utama bagi seluruh rakyat Indonesia. “Soekarno bukan hanya pemimpin politik, tapi juga pemimpin revolusi yang melahirkan bangsa ini,” lanjut Megawati.
Pernyataan tersebut langsung menyita perhatian publik dan memunculkan kembali perbincangan lama soal dinamika hubungan antara Megawati, Soekarno, dan Soeharto dalam sejarah politik Indonesia.
Latar Belakang Sejarah Hubungan Megawati dan Soeharto
Hubungan Megawati dengan Soeharto memang memiliki sejarah panjang dan rumit. Ayahnya, Ir. Soekarno, dilengserkan dari kursi kepresidenan pada tahun 1967 melalui proses politik yang dipimpin oleh Soeharto.
Sejak saat itu, keluarga Soekarno dan rezim Orde Baru memiliki hubungan yang penuh ketegangan. Megawati sendiri sempat dilarang aktif di dunia politik selama masa pemerintahan Soeharto. Namun, setelah reformasi 1998, ia muncul sebagai salah satu tokoh penting yang memperjuangkan demokrasi.
Oleh karena itu, pernyataan Megawati kali ini dianggap oleh sebagian pihak sebagai sindiran politik halus terhadap keputusan pemerintah yang memasukkan nama Soeharto sebagai Pahlawan Nasional.
Respons Publik dan Dunia Politik
Pernyataan Megawati tersebut menuai beragam tanggapan dari berbagai kalangan. Di media sosial, tagar #Megawati, #Soeharto, dan #Soekarno langsung menjadi trending.
Sebagian warganet mendukung pandangan Megawati, menilai bahwa Soekarno memang layak menjadi simbol tunggal perjuangan bangsa. Namun, ada pula yang menilai bahwa pernyataan itu kurang tepat di momen Hari Pahlawan yang seharusnya menjadi ajang persatuan nasional.
Beberapa pengamat politik menilai bahwa pernyataan Megawati merupakan bentuk ekspresi pribadi sekaligus refleksi sejarah politik masa lalu. “Tidak bisa dilepaskan dari konteks emosional dan historis keluarga Soekarno,” ujar salah satu analis politik.
Prabowo Subianto dan Sikap Istana
Sementara itu, pihak Istana Negara belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan Megawati tersebut. Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa keputusan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur dan Soeharto didasarkan pada jasa dan kontribusi nyata terhadap negara, bukan pada pertimbangan politik.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Mereka berjuang dengan cara yang berbeda, tapi untuk tujuan yang sama: Indonesia merdeka dan berdaulat,” ujar Prabowo dalam upacara di Istana Negara.
Makna di Balik Kontroversi
Kontroversi ini kembali membuka ruang diskusi publik mengenai definisi kepahlawanan di Indonesia. Apakah seorang tokoh bisa disebut pahlawan hanya karena jasa masa lalunya, ataukah harus dinilai juga dari seluruh rekam jejak politiknya?
Perdebatan ini menunjukkan bahwa sejarah bangsa tidak pernah hitam putih. Setiap tokoh memiliki sisi kontribusi dan kontroversi yang patut dikaji secara objektif.
Sumber: pernyataan Megawati Soekarnoputri, data pemberitaan nasional (10 November 2025).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar