Wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto, kembali memicu perdebatan hangat di masyarakat.
Tokoh politik Ganjar Pranowo pun ikut menanggapi isu ini dengan mengingatkan pentingnya peristiwa Reformasi 1998, yang menjadi tonggak perubahan besar dalam sejarah Indonesia.
Dalam pernyataannya, Ganjar menegaskan bahwa Reformasi 1998 bukan sekadar pergantian kekuasaan, melainkan momentum rakyat menuntut keadilan, demokrasi, dan transparansi.
Menurutnya, sejarah tidak boleh dilupakan, terutama ketika menyangkut masa Orde Baru yang penuh dinamika — termasuk pelanggaran HAM, pembatasan kebebasan pers, dan krisis ekonomi 1998.
Namun, tanggapan Ganjar ini justru memunculkan pro dan kontra di ruang publik.
Sebagian masyarakat menilai Soeharto tetap layak dianggap pahlawan atas jasa-jasanya membangun stabilitas nasional, swasembada pangan, dan pembangunan infrastruktur.
Sementara pihak lain berpendapat bahwa pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto merupakan bentuk pengingkaran terhadap sejarah kelam masa lalu.
💬 Opini Publik Terbelah
-
Pro: “Soeharto memang punya jasa besar dalam pembangunan dan ketahanan nasional.”
-
Kontra: “Pahlawan itu harus tanpa noda. Jangan lupakan pelanggaran HAM dan korupsi masa Orde Baru.”
🧠 Pertanyaan untuk Kamu:
Menurut kamu, apakah Soeharto layak mendapat gelar Pahlawan Nasional?
Tuliskan pendapatmu di kolom komentar di bawah!
Jangan lupa Like 👍 dan Share 🔁 artikel ini biar makin banyak yang ikut berdiskusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar